Jumat, 25 Maret 2011

|| Belajar Dari Teladan Yefta ||

Dalam kitab Hakim-hakim 11 sampai pasal 12:1-7 mengisahkan tentang Yefta. Ia adl salah satu hakim yg memerintah atas org Israel. Ia memerintah slm 6thn lamanya.

Pd masa itu org Israel melakukan yg jahat di mata Tuhan dgn berpaling pd para allah lain & meninggalkan Allah. Org Israel kmudian dikuasai org Filistin & bani Amon 18 thn lamanya. Dlm penindasan itu org Israel akhirnya kembali pd Allah dan menjauhkan para allah asing & Allah kembali menolong mereka (Hak.10:6-18).

Dlm masa pemulihan ini lahir seorg pahlawan yg gagah perkasa bg org Israel. Ia bernama Yefta, org Gilead. Tp dlm hidupnya Yefta melewati proses yg mungkin tdk nyaman.

Ayahnya bernama Gilead & ibunya adl seorg perempuan sundal. Pd saat itu juga ayahnya punya anak-anak lelaki dr istri sahnya. Saudara-saudara tiri Yefta ini tdk menyukainya & kemudian mengusirnya keluar dr tanah kelahirannya, rumahnya sendiri. Yefta dianggap aib, anak haram dr perempuan sundal, & tidak pantas mjd saudara mereka.

Yefta pun lari & diam di tanah Tob. Di sana ia berkumpul bsm para petualang. Kemudian bani Amon berperang dgn org Israel. Maka para tetua Gilead menjemputnya dari tanah Tob utk menjadikan dia panglima perang & pemimpin mereka.

Singkat cerita, Yefta mjd pahlawan besar yg dipakai Tuhan utk memimpin org Israel, bhkan saudara-saudaranya yg jahat td. Namun yg patut diteladani, Yefta tdk dendam. Ia tdk membunuh atau membalas perlakuan mereka. Ia tetap memperlakukan saudara-saudaranya dgn layak, benar & baik, & menyerahkan semua perkara kpd Tuhan.

Seperti Yefta, kita tdk pernah bisa memilih siapa yg akan jd org tua kita. Tuhan memang menempatkannya mjd anak Gilead dr hasil hubungan dgn perempuan sundal. Memang ayah & ibunya berbuat dosa. Tp Yefta tetap ciptaan & karunia Tuhan. Ia tetap berharga bg Tuhan, sama berharganya spt kita.

Org tua kita bisa saja salah & punya masa lalu tdk baik. Keluarga kita bisa sj terkenal jahat, broken home, buruk, dll. Org-org lain boleh sj menilai kita jelek krn latar belakang keluarga. Tp Tuhan tdk memandang itu.

Manusia bisa saja menilai manusia lainnya jelek hanya karena latar belakang keluarga. Tp saat kita hidup di dalam kebenaran Tuhan maka hanya Tuhan yg berhak menilai kita. Tuhan bhkan memakai org-org yg direndahkan & dijelekkan jauh lebih hebat dari mereka yg merasa dirinya lebih benar, lebih baik, atau lebih kudus.

Mari meneladani Yefta yg tdk putus asa & rendah diri. Walau ia ditolak, dihina, dimusuhi, dibenci, & diusir saudara-saudaranya sendiri. Ia tetap hidup dlm semangat & rendah hati. Bhkan ia tdk membalas sedikitpun pd saudara-saudaranya.

Jd jgn merasa buruk & tidak berguna. Kita masing-masing diciptakan baik utk tujuan Tuhan. Tuhan yg menentukan siapa kita krn Ia yg menciptakan kita.

Tuhan yg akan memilih siapa yg akan dipakaiNya. Seperti Ia memilih Yefta & berbicara melalui Yefta, memakai Yefta luar biasa utk karyaNya bagi org Israel, menjadikan Yefta pahlawan gagah berani & pemimpin Israel, Dia jg mau memakai kita. Ya, Tuhan mau memakai Anda & saya.

Tuhan menciptakan Anda & saya utk tujuan baik, utk menjadi rekan kerja Allah di bumi. Ia mau kita menjadi penyalur kasihNya bagi dunia. Apakah kita mau dipakaiNya utk menyatakan kemuliaan & mengerjakan kehendakNya?

Yg terutama, selalu berserah pd kehendak & pimpinanNya dgn kerendahan hati, seperti teladan Yefta. Buang jauh-jauh pikiran & perasaan kalau kita buruk, jelek, tdk berharga, tdk berguna, dan hal-hal negatif lainnya. Ingatlah bhwa kita berharga bg Tuhan & Ia amat mengasihi kita.

Ia selalu ingin membantu kita asal kita bertobat & hidup dlm kebenaranNya. "Dan mereka (org Israel) menjauhkan para allah asing dari tengah-tengah mereka, lalu mereka beribadah kpd TUHAN. Maka TUHAN tdk dpt lagi menahan hatiNya melihat kesukaran mereka." (Hak.10:16). Krn Tuhan begitu mengasihi kita, Ia tdk akan tahan melihat kesukaran & penderitaan kita. Jd, serahkan semua dlm tangan pengasihan Tuhan & biarkan Ia berkarya melalui kita.


Selamat bertumbuh di dalam Kristus!





copyright jeannita adisty
Denpasar, 19 Maret 2011

Let Me

Let me hold you,
'cause I know I can hold you,
as you never let me go,
'till the end of time...

Let me love you
'cause I know I can love you,
as the way you are,
and you are worth to be loved by me..

Let me live with you,
'cause I know I can stay with you,
as long as the sun still shines whether it's hard or easy,
everytime with you is wonderful...

Let me grow old with you,
'cause I know life must be amazing,
eventhough we can guarantee nothing,
we can face it all when we grow together in love...




copyright Jeannita Adisty
Denpasar, March 16th, 2011

Dance With Me Tonight

I'm looking at you,
and you are looking at me too.
You are in distance,
but our hearts seem cross the room.
Many peoples are around us,
but it feels like just we two.

I can see clearly in your eyes,
that there is only me.
As the same thing with my eyes,
which just focus to you.
In this far I'm sure,
you are feeling that I am close to you.

And the room becomes darker.
Romantic lights is already turned on.
The music changed with a sweet intro.
And peoples stop talking or walking for a while.
Then I see you smile to me for seconds,
and I wish time stops at this moment.


But suddenly DJ's announces few words,
break the sweet silence between you and me.
Some start to dance with their each mates,
some continue their talks like you do.
But me, I'm trying to fights myself,
few parts of me is afraid but mostly brave.

So I cross the room and come to you.
I don't care what you will do,
for me it's better to try than never do anything.
I just don't want to miss my chance,
and regret my fear or blame my self,
and with a sincere heart that beats so fast I ask,
"would you dance with me tonight?"






Denpasar, March 21st, 2011
2.45 am in my comfort private room
copyright Jeannita Adisty

Thinking of You

I'm walking under the supermoon's light through the coast,
accompany by the stars above,
with the wind that blows from the land to the sea.

I'm feeling the sea water touches my skin foots,
one by one the wave comes to the coast,
and I still walk while I'm thinking of you...

I'm looking at the supermoon above,
it is so beautiful and shining so glad,
are you looking at it from your place as I do?

I'm feeling the wind blows freshly ,
while the wave roars sweetly the wind sing a melody,
are you hearing the same melody of this sweet harmony as I do?

And along the cost I walk,
I can't stop thinking about you,
are you thinking about me too?




Denpasar, March 21st, 2011
3.39 am in the morning from my comfort private room
copyright Jeannita Adisty

Kamis, 24 Maret 2011

IKAN HIU PUN PERLU TEMAN

Ikan Hiu adalah ikan pemangsa yang reputasinya sangat buruk di lautan. Ia terkenal sangat gesit dan cepat bergerak. Memiliki penciuman yang sangat tajam dan tepat sasaran (bisa mencium setetes darah di dalam lautan hingga jarak seperempat mil sekalipun). Ia jenis ikan yang punya citra sangat tidak ramah. Ia juga dikenal sebagai pemangsa yang tidak kenal ampun alias kejam (walau jenis yang terbesar yang mirip dengan ikan Paus hanya memakan plankton). Tidak ada hewan lain di lautan yang berani melawan ikan Hiu apalagi memangsanya karena sebagian ikan Hiu adalahtop level predator di lautan. Bahkan tak sedikit manusia yang takut dengan ikan Hiu saat berada di lautan.



Tapi, dibalik citra dan reputasinya yang terkenal kejam, ternyata ikan Hiu juga perlu teman. Ia punya sahabat baik namanya ikan Ramora. Ikan Ramora ini adalah jenis ikan kecil di lautan yang sering sekali menjadi sasaran empuk para pemangsa atau predator. Lho?? Kok bisa mereka saling berhubungan? Tidakkah membahayakan si ikan Ramora? Apa untungnya bagi ikan Hiu yang berada di kelas atas berteman dengan kelas bawah seperti si ikan Ramora?



Dulu sewaktu kita duduk di bangku Sekolah Dasar, kita diajarkan bahwa dalam mahluk hidup ada hubungan yang disebut simbiosis. Secara harfiah, simbiosis berasal dari bahasa Yunani sym yang berarti dengan dan biosis yang berarti kehidupan. Jadi, simbiosis berarti interaksi antara dua organisme mahluk hidup yang hidup berdampingan. Banyak jenis simbiosis dan salah satunya adalah simbiosis mutualisme.



Simbiosis mutualisme adalah hubungan sesama mahluk hidup yang saling menguntungkan. Mungkin dulu (jaman lama) hubungan ikan Hiu dan ikan Ramora disebutkan sebagai simbiosis komensalisme di mana hanya menguntungkan si ikan Ramona tapi tidak menguntungkan si ikan Hiu dan juga tidak merugikannya. Tapi, seiring semakin maju dan berkembangnya ilmu pengetahuan, menurut hasil riset dan analisis para ahli terbaru, ternyata si ikan Hiu juga mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan si ikan Ramora (Keuntungan = hal-hal positif).



Dari simbiosis mutualisme antara si ikan Hiu dengan si ikan Ramora ini kita sebagai manusia yang juga sesama makhluk hidup bisa belajar banyak hal positif. Pertama, kalau si ikan Hiu saja perlu teman, apalagi kita manusia. Kedua, kalau si ikan Hiu saja bisa berteman dengan si ikan kecil Ramora, kenapa kita manusia memilih-milih dalam berteman? Maka, marilah kita berteman dan bertemanlah dengan siapa saja selagi kita hidup. Tapi ingat, berilah yang positif dan ambillah yang positif. Bagaimana dengan yang negatif? Buang saja, jangan diambi,l dan juga jangan diberi!



Kenapa begitu? Karena seperti si ikan Hiu yang juga mendapatkan manfaat dari si ikan Ramora; kita sebagai seorang pribadi pun bisa mendapatkan manfaat dari orang lain. Mungkin orang tersebut lebih muda, lebih sederhana, lebih kuper, lebih gaptek, lebih polos, lebih tidak tahu, banyak kekuarangannya, bukan orang kaya, bukan orang sukses, bukan orang hebat, bukan orang pintar, bukan orang terkenal, hanya orang biasa-biasa saja, kita tetap bisa mendapatkan manfaat.



Bukan berarti kemudian kita berteman hanya untuk mendapatkan manfaat, tidak. Tapi, dalam pertemanan prinsip dasarnya adalah saling berbagi untuk menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik, lebih matang secara karakter, lebih berkembang secara pengatahuan, lebih dewasa secara pola pikir, lebih kreatif, lebih rendah hati, lebih bertumbuh secara emosional sehingga makin bijak. Itulah manfaat kita sebagai "ikan Hiu" terhadap teman-teman yang cenderung seperti ikan Ramora.



Jadi, jangan kira dalam pertemanan kita tidak bisa memberikan pengaruh apapun. Dari yang paling buruk sampai yang paling bagus bisa menjadi pengaruh. Maka, marilah kita belajar dari hubungan si ikan Hiu dan si ikan Ramora yang bersimbiosis mutualisme dalam hal-hal positif. Tidak saling merugikan tapi saling menguntungkan. Ingat bahwa keuntungan bukan diukur dari hal-hal yang bersifat materi atau fisik, tapi lebih mendalam dari yang bisa kita lihat secara gamblang, yaitu saling membangun dan berkembang dalam karakter.



Contoh aplikasinya adalah saat kita sebagai pemuda-pemudi, orang dewasa, atau orang tua terhadap anak-anak kecil. Kita tak jarang menganggap anak-anak kecil ini sebagai si ikan Ramora yang bergantung pada kita, yang lemah, yang mengambil keuntungan dari kita yang kuat, dan yang perlu diberi. Kita lupa kalau anak-anak kecil juga bisa memberi kepada kita dan bisa mengajarkan kita jauh lebih banyak dari yang kita tahu. Dari anak-anak kecillah kita bisa belajar ketulusan, kepolosan (kemurnian), dan kejujuran. Tak jarang seiring bertambahnya usia kita, kita lupa bagaimana menjadi tulus, bagaimana hidup murni, dan bagaimana untuk jujur.



Maka, kalau ikan Hiu saja perlu teman, apalagi kita manusia. Kalau ikan Hiu saja mau berteman dengan ikan Remora, kenapa kita tidak saling berteman satu sama lainnya.





Selamat berteman dan tetaplah berteman secara positif!















Denpasar, 24 Maret 2011

Copyright Jeannita Adisty
Also posted in my Facebook account